Penelitian
ini mengenai perkembangan rasa takut, marah, dan bahagia pada anak-anak saat
usia 9, 14, 22, dan 33 bulan yang dilakukan di rumah dan laboratorium selama
1,5 – 4 jam. Keluarga partisipan kebanyakan
berkulit putih dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pendapatan.
Instrumen yang digunakan adalah The
classic Strange Situation (Ainsworth & Wittig, 1969). Untuk rincian
prosedur dan coding-nya dijelaskan
pada Kochanska (1998). Dari 108 anak, sebanyak 58 anak (54%) termasuk golongan secure (B), dan sebanyak 50 (46%)
termasuk golongan insecure. Dari
golongan insecure ini 22 anak (20%)
adalah avoidant (A), 18 anak (17%)
adalah resistant (C), 8 anak (7%)
adalah disorganized (D), dan 2 anak
(2%) adalah unclassifiable (U).
Hasil penelitian didapat dari beberapa
analisis yang dilakukan secara analog untuk episode emosi yang konsisten dan
tidak konsisten. Analisis awal dilakukan untuk mengetahui stabilitas
masing-masing emosi dari waktu ke waktu. Analisis kedua, pengembangan emosional
pada anak dengan attachment
bervariasi yang diperiksa dengan omnibus AMNOVA, yang tampak pada perkembangan
ketiga sistem emosi, dalam empat grup attachment
di empat periode penilaian (usia 9, 14, 22, dan 33) untuk kedua jenis kelamin.
Ketiga, analisis regresi berganda (multiple regression) yang dilakukan untuk memeriksa
apakah attachment yang aman di usia
14 bulan (variabel kontinu) bisa memprediksi skor emosi di usia 33 bulan
(ukuran hasil), dengan masing-masing sistem emosi yang stabil. Untuk mengontrol
stabilitasnya skor dimasukkan pada usia 9, 14 dan 22 bulan.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan ketiga sistem emosi yang
signifikan dan prediktornya sebesar 23% hingga 43% dalam menjelaskan variabel.
Untuk setiap emosi pada usia anak 33 bulan, nilai sebelumnya terutama yang
lebih baru menunjukkan prediktor yang signifikan. Faktor gender terkait dengan
perbedaan yang signifikan terhadap rasa marah dan bahagia. Anak-anak yang
mendapatkan attachment yang aman
signifikansinya jauh lebih rendah dalam dua emosi negatif (rasa takut dan
marah) pada anak usia 33 bulan, bahkan setelah dikontrol pengaruhnya terhadap
stabilitas perkembangan emosi yang diberikan dan jenis kelamin anak.
Anak usia 33 bulan yang tersenyum saat episode rasa takut
menunjukkan tidak ada pengaruhnya pada gender. Skor paling awal (saat anak berusia 9, 14, dan 22 bulan) menyumbang
sebesar 21% dari varian, sesuai dengan skor pada usia 14 dan 22 bulan. Attachment yang aman tidak menambah
perbedaan penjelasan secara unik. Sedangkan mimik tersenyum pada anak perempuan
usia 33 bulan lebih signifikan saat episode rasa marah sebesar 5% dari
perbedaan yang dijelaskan. Skor episode rasa marah yang sebelumnya ditambah 14%
dari perbedaan yang dijelaskan, kebanyakan bertepatan dengan skor saat berusia
22 bulan. Attachment yang aman tidak
berkontribusi pada persamaan. Mengenai stres pada saat episode bahagia pada
anak usia 33 bulan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan karena jenis
kelamin atau skor awal. Attachment
pada masa bayi membuat kontribusi yang unik. Bayi yang merasa kurang aman lebih
tertekan dalam menanggapi episode bahagia saat berusia 33 bulan.
Ketiga persamaan yang signifikan dan prediktor memberikan sebanyak
11% hingga 24% dari varian yang menjelaskan. Nilai sebelumnya yang diprediksi
yaitu tersenyum dalam menanggapi episode yang dimaksudkan untuk memperoleh dua
emosi negatif, serta perempuan terkait
dengan tersenyum selama paradigma menahan diri dalam permusuhan. Semakin rendah
attachment aman pada masa bayi, maka
semakin tertekan tanggapan bayi terhadap rangsangan yang dirancang untuk
membuat pengaruh positif saat berusia 33 bulan.
Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dalam memprediksi
emosionalitas anak-anak di usia 33 bulan, penilaiannya dibuat dalam dua
kelompok besar. Pertama, kelompok
emosi negatif yaitu rasa takut dalam episode ketakutan, marah dalam episode
kemarahan, dan rasa tidak nyaman dalam episode bahagia. Kedua, kelompok emosi positif yaitu bahagia dalam episode
kebahagiaan, dan rasa nyaman dalam episode ketakutan dan kemarahan. Kemudian
dilakukan dua analog regresi, yang satu memprediksi emosi negatif dan yang
lainnya memprediksi emosi positif pada anak usia 33 bulan. Jenis kelamin anak
dimasukkan pada langkah pertama; semua nilai emosi awal (baik negatif maupun
positif pada usia 9, 14, dan 22 bulan dibuat dengan cara analog dengan
menggabungkanyya pada usia 33 bulan) yang kemudian dimasukkan pada langkah dua;
kemudian skor attachment yang aman
pada usia 14 buan dimasukkan pada langkah tiga.
Emosi negatif pada anak laki-laki usia 33 bulan dinyatakan secara signifikan emosinya lebih negatif
dibandingkan dengan yang dilakukan oleh anak perempuan. Skor sebelumnya memberikan
sebagian (19%) dari varian dengan signifikan, sesuai dengan skor pada usia 22
bulan. Attachment yang aman pada usia
14 bulan menambah varian yang unik sebesar 12,5%. Anak-anak yang sudah lebih
aman menunjukkan berkurangnya emosi negatif, setelah aspek gender dan
stabilitas perkembangan emosinya dikontrol. Seluruh emosi negatif pada anak
usia 33 bulan dalam empat kelompok dimasukkan ke dalam one-way-ANOVA: seluruh emosi negatif di usia 33 bulan adalah
tertinggi di antara anak-anak avoidant, lebih
signifikan daripada dalam kelompok yang aman.
Emosi positif pada anak usia 33 bulan tidak ada pengaruhnya
terhadap jenis kelamin. Skor yang paling awal dihitung dengan signifikan (32%)
dari sebagian varian. Sesuai dengan skor saat berusia 14 dan 22 bulan. Attachment yang aman pada anak usia 14
buan menambahkan sedikit varian yang signifikan yaitu sebesar 2%. Anak-anak
yang sudah lebih aman cenderung menunjukkan emosi yang lebih positif, setelah
stabilitas perkembangannya dikontrol.
Penelitian yang dilakukan oleh Kochanska ini menjelaskan dan
menginformasikan pengetahuan mengenai gejala perkembangan emosi pada anak yang
sangat belia dengan sejarah attachment
yang berbeda. Tiga sistem emosi dasar yang diselidiki yaitu rasa takut, marah
dan bahagia dengan mempelajari tanggapan yang ditimbulkan oleh rangsangan di
laboratorium diyakini sebagian besar berpengaruh lebih kompleks pada
perkembangan emosional anak-anak. Akan tetapi diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menjelaskan beberapa bentuk emosi negatif yang dimunculkan pada
perkembangan awal atau apakah hal tersebut mewakili perubahan pengalaman dari
rangsangan afektif. Studi ini memberikan data empiris mengenai perbedaan parameter
dasar dari emosi takut, marah dan bahagia sebagai fungsi dari attachment awal yang akan bermanfaat
untuk menguji apakah perbedaan ini memang memediasi hubungan antara attachment tersebut dengan aspek
kompetensi di masa depan.
0 komentar:
Posting Komentar