Sudah sejak lama ingin ngajak Raras ke Kidzania. Namun selain waktu
yang susah sinkron dengan suami, konon permainan di Kidzania kurang cocok untuk
anak balita. Sehingga, walaupun hasrat hati seorang ibu ingin memberi banyak
pengalaman buat anak menggebu-gebu, selalu kutahan opsi ke tempat bermain ini.
Rasanya akan mubadzir kalau anaknya sendiri secara mental belum siap. Ada saat
yang tepat untuk memberikan stimulasi pada anak.
Saat yang dinanti itu tiba. Raras berusia belum genap enam tahun,
rasanya sudah cocok memberinya pengalaman baru. Kebetulan ada voucher diskon ke
Kidzania bagi pelanggan salah satu TV berbayar. Berangkatlah kami bertiga ke
Pasific Place, tempat arena bermain itu berada.
Berdasarkan informasi yang didapat dari internet, ada banyak permainan
yang disediakan. Saya bersemangat untuk mengajak Raras menjadi pemadam
kebakaran, polisi, dokter, dan permainan lain yang kuanggap sangat seru
dilakukan oleh anak-anak. Ternyata oh ternyata, Raras menolak mentah-mentah.
Saking semangatnya saya lupa kalo anakku ini emang pemanasannya harus
pelan-pelan. Akhirnya, kubawa berkeliling dahulu sampai naik ke lantai dua. Saya
berusaha menahan diri tidak memaksakan minatku pada Raras. Biarlah Raras
memilih sendiri area yang ingin dimasukinya. Dan sudah saya duga dia akan
menunjukkan minat di area cooking.
Raras asyik sekali mengikuti kegiatan di tempat membuat wafer, lengkap
dengan mengenakan celemek dan topi koki. Bahan-bahannya sudah siap, hanya
tinggal disusun menjadi wafer. Wafer hasil buatannya kemudian dikemas dan
dibawa pulang. Bangga sekali kelihatannya, apalagi setelah melakukan kegiatan,
Raras diberi “gaji” uang Kidzos, mata uang yang berlaku di Kidzania. Selain
membuat wafer, Raras juga membuat cokelat di area tersebut.
|
Raras tengah membuat cokelat |
Yang membuat saya agak terkejut, ternyata Raras ingin membuat baju
boneka. Kegiatan jahit menjahit merupakan dunia yang sangat dekat denganku,
tapi belum aku kenalkan lebih jauh pada Raras. Lagi pula sejak tinggal di
Bogor, mesin jahit portable-ku lebih
sering teronggok di pojok rumah. Tak pernah terpikir Raras akan menyukai
menjahit. Untuk kegiatan ini tidak diberi gaji, malah Raras yang dikenai biaya.
Semacam biaya kursus singkat.
Setelah puas berkeliling di lantai dua, kami kembali turun ke bawah.
Saya masih berharap Raras mau bermain permainan yang lebih “hot”. Supaya dia bisa memilih
permainannya, saya sarankan dia naik bis yang mengelilingi arena Kidzania.
Permainan yang dipilih Raras, membuatku cukup terkejut. Dia rela antri lama di
depan pintu belajar modelling. “Raras
yakin mau belajar modelling? Itu kan
nanti berjalan di panggung itu,” jelasku sambil menunjuk catwalk. “Iyya ibu....
aku mau permainan ini!” jawabnya dengan tegas. Ya sudahlah kubiarkan dia masuk.
Saya melihat dari luar. Anak-anak diajari cara berjalan dan bergaya, kemudian
wajahnya didandani dan mengenakan bando yang serasi dengan warna pakaian. Tiba
giliran Raras berjalan di catwalk. Dia berusaha bergaya sesuai dengan yang
diajarkan. Saya dan suami tersenyum bangga melihat Raras yang berani tampil
seperti itu. Sungguh ibu tak mengira, Nak.
Keterkejutanku tidak sampai disitu. Ternyata Raras
mengiyakan ketika ditawari menjadi pegawai pom bensin. Saya tertawa bangga
ketika Raras menceritakan bagaimana cara menyapa konsumen yang akan membeli
bensin. “Selamat malam, dimulai dari angka nol, ya.” Sungguh tak kukira
pengalaman bermain di sini, membuatku semakin mengenal minat dan hasrat Raras.
0 komentar:
Posting Komentar