(Dimuat di
surat kabar Radar Bandung, 28 Maret 2004)
Pernah aku
bermimpi menjadi sebuah bintang dilangit sana, bersinar indah kekuningan.
Sahabatku bertanya: "Mengapa kau ingin menjadi bintang?" Kujawab:
"Karena ia menjadi tatapan harap semua insan, menemani yang kesepian, dan
penawar bagi yang dirundung rindu. Aku juga meyakinkan sahabatku itu bahwa
manusia menjadi bahagia saat menatap bintang di angkasa, hati yang sempit
menjadi lapang seolah obat bagi luka hati yang terkoyak. Jika awan menyelimuti
dan bintang-bintang tak bisa ditemui, manusia tetap yakin bahwa sang bintang
menanti setia dibalik langit sana. Kesetiaan yang tanpa syarat.
Aaah... itu
hanya mimpi yang meracau. Sebenarnya saat ini, aku sedang di ambang batas
antara harap dan kenyataan. Lelaki itu, sang pujaanku mengisyaratkan pergi
meninggalkan aku sendiri. Ku katakan padanya. "Kau adalah rembulanku.
Bukankah malam yang bertabur gemintang semakin indah dengan hadirnya rembulan?
Ingatkah engkau saat pada suatu malam kita bersama menyaksikan fenomena purnama
yang bersanding dengan sebuah bintang. Mereka serasi sekali. Sangat indah.
Sebagaimana aku menganalogikan relasi kita. Itu adalah petunjuk Tuhan!"
"Nanti
juga bulan dan bintang itu berpisah." Jawabmu dengan gelisah, "
karena peredaran mereka tidak selamanya seperti itu." Seolah kau ingin
mengatakan bahwa kita pun akan berpisah seiring dengan berjalannya waktu.
Memilukan.
Aku mencoba
membangunkan ingatanmu. Saat kita baru memulai hubungan ini. Dulu pernah
kukatakan impianku tentang aku ingin menjadi sebuah bintang. Kamu tertawa,
katamu bahwa aku terlanjur menjadi manusia. Lantas ku jawab, "Seandainya
Tuhan memberiku kesempatan untuk memilih, aku akan memilih menjadi
bintang." Jawabku kukuh.
I wanna be a star
sits in the sky and shining in the dark
night
no hope no fear, only smile.
Puisi
ciptaanku yang selalu melekat di hati. Puisi yang kau gubah menjadi syair
sebuah lagu yang sering kau nyanyikan bersama grup band tempatmu bergabung.
Albumnya meledak di pasaran. Kamu semakin terkenal. Mungkin seharusnya aku
mendapatkan royalti dari lagu itu. Tapi aku terlanjur ekstase dengan janjimu
bahwa dirimu bersedia menjadi rembulan jika aku bermimpi menjadi bintang. Aku
tersanjung... aku bahagia....
(Bersambung... nanti dilanjut... hehehe...)
0 komentar:
Posting Komentar