25 Oktober 2009

Ulang Tahun yang Terlupakan



Tepat pada hari ulang tahunku, saya sudah ge-er akan mendapat kejutan dari suami. Ternyata suamiku malah tidak pulang selama beberapa hari, ada pekerjaan di luar kota. Dia lupa sama sekali dengan hari bersejarah isterinya. Bahkan setelah pulang ke rumah dia masih tidak ingat kalau ulang tahunku sudah lewat tiga hari. Karena tidak ada indikasi dia akan 'sadar', akhirnya saya perlihatkan sebuah sms dari temen lama yang isinya tentang ucapan selamat ulang tahun. Saya tunjukan layar
 handphone-ku ke hadapannya supaya dia membaca sendiri isi sms itu. Suamiku diam terpaku. Kemudian menatap wajahku.

"Maaf Bu, bapak lupa. Kemarin-kemarin bapak masih ingat ibu akan berulangtahun tanggal satu tapi setelah itu blank, bener-bener lupa."

Aku senang melihat tingkahnya yg merasa bersalah. "Ga apa-apa kok. Makanya ibu ingatkan." Jawabku pura-pura santai.

Esok harinya, saya minta suami mampir ke Botani Square sepulang dari tempat kerja. Nitip dibelikan tiga buah toples. Suami sudah tahu toples yang saya maksud karena saat terakhir ke Botani kami sudah menandai toples tersebut untuk dibeli jika tidak menemukan toples yang lebih cantik di tempat lain.

Sesampainya di rumah aku langsung memburu tas jinjingan suami yang berisi toples. Akan tetapi ada sesuatu yang ganjil di dalam salah satu toples. Seperti sebuah benda berbentuk kotak. Saya membukanya dengan sedikit curiga. Serta merta saya kaget, ternyata benar benda tersebut berbentuk kotak kecil dengan pita di atasnya. Saya langsung panik dan meminta suami mengembalikan toples itu karena mungkin tertukar dgn org lain dan sangat tidak mungkin benda itu hadiah langsung dari membeli toples. Suami ikutan panik dan minta saya melihat terlebih dahulu isinya. Saya menurut saja. Ketika saya tahu bahwa isinya sebentuk perhiasan, saya langsung menutup kembali kotak kecil tersebut. Saya yakin benda itu pasti mahal dan harus segera dikembalikan. Saya memaksa suami utk segera kembali lagi. Dia malah tersenyum, "gak usah dibalikin, itu untuk ibu".

Saya sangat tidak mengerti dan kesal krn suami malah senyam senyum, "Untuk ibu gimana?" tanyaku dengan sedikit ketus.

"Itu kado ultah untuk ibu dari bapak." Jawab suamiku dengan tenang.

Perasaan kaget, senang, dan bingung bercampur aduk. "Maksud bapak?" tanyaku masih sentengah percaya.

Suamiku mengeluarkan selembar kertas dari amplop merah dan menyerahkannya padaku. Aku melihat namaku tertera disana, dalam sebuah kertas dengan judul 'sertifikat'. Oooh senangnya... Karat dan beratnya tidak begitu besar. Namun perhiasan itu adalah berlian pertama yg saya miliki. Yang lebih mengesankan adalah cara suamiku memberikannya. Makasih Akang sayang...
(Oktober 2007)

0 komentar: